Toko ganja ini menjual ganja Aceh secara online dan terpercaya dengan online dan rahasia.

Halaman

Minggu, 29 Desember 2013

Ganja di Jamaika

Bendera Jamaika & Ganja
Menteri Kehakiman Jamaika, Mark Golding sedang mempersiapkan sebuah inisiatif untuk melegalkan ganja. Hal ini terkait dengan suksesnya legalisasi ganja di dua negara bagian Amerika Serikat, Colorado dan Washington.
Mark Golding mengatakan, Departemen Kehakiman sedang melangkah kedepan untuk mereformasi hukum yang berkaitan dengan ganja. “Kabinet akan memperoleh kesempatan untuk mempertimbangkan rekomendasi dari kami dan kami akan melihat apakah Kabinet akan menyetujui usulan tersebut.
Lebih dari 10 tahun yang lalu, National Commission on Ganja (Komisi Nasional Ganja) yang diketuai Barry Chevannes, seorang tokoh budaya yang dihormati di Jamaika kembali mengangkat isu legalisasi. Dulu usulan legalisasi ganja pernah ditolak, tetapi Golding berpikir sekarang keadaannya telah berubah. "Mengikuti perkembangan internasional, khususnya di Amerika Serikat, situasi kini telah berubah. Saya rasa sekarang adalah waktu yang tepat bagi kita untuk memulai reformasi hukum kepemilikan ganja disini."
Pada tanggal 24 September anggota parlemen Jamaika telah membuka perdebatan tentang proposal dekriminalisasi kepemilikan ganja untuk keperluan pribadi. Tidak ada RUU yang telah disusun atau voting yang dijadwalkan, tetapi wacana legalisasi ganja untuk tujuan meningkatkan perekonomian di negara kepulauan tersebut sedang dibahas dengan serius.
Beberapa anggota parlemen mengeluhkan kebijakan hukum yang berlaku saat ini yang mana setiap minggunya sebanyak 300 pemuda di Jamaika masuk catatan kriminal hanya karena memiliki ganja untuk digunakan sendiri. Kondisi ini malah menciptakan ledakan pengangguran baru.
Pelarangan ganja mengakibatkan kriminalisasi ribuan orang Jamaika. Padahal mereka menggunakannya oleh karena alasan yang mengakar dalam budaya mereka. Menteri Negara Pariwisata & Hiburan, Damion Crawford yang juga seorang Rastafarian mengatakan bahwa untuk penggunaan pribadi, tuntutan kriminal atas kepemilikan ganja terlalu berat
Share:

Catatan sejarah dan penelitian dari efek ganja pada etos kerja dari berbagai daerah dan suku bangsa.

Petani di Kolombia menyebut ganja sebagai "animo" dan "fuerza" atau "semangat" dan "kekuatan" yang bisa membuat mereka bekerja berjam-jam di ladang tanpa merasakan lelah.

Seorang penjelajah benua Afrika yang terkenal, Dr Livingstone, membuat catatan mengenai pejuang-pejuang Zulu yang menghisap ganja sebelum perang, Livingstone menyebutkan, “Mereka duduk dan menghisapnya, dengan tujuan agar mereka dapat melakukan perburuan dengan efektif.” Dr. Livingstone juga mengamati perilaku mengkonsumsi ganja pada suku Sotho. Ia menemukan bahwa menghisap ganja merupakan kegiatan komunal yang dilakukan dengan alat hisap berupa pipa air dari bambu. Livingstone menggambarkan bahwa setiap orang yang hadir pada ritual ini menghisap dalam-dalam asap ganja, sambil menahan sekuat tenaga terhadap reaksi batuk dari otot-otot tenggorokan dan dada sebelum kemudian menyerahkan pipa tersebut ke teman disebelahnya (Livingstone, 1865: 286-287).

Studi Jamaika (1976) yang menyeluruh mengenai pemakaian ganja selama bertahun-tahun di Jamaika menyebutkan bahwa, ”Untuk energi, ganja dikonsumsi pada pagi hari, pada waktu istirahat di tengah rutinitas kerja, atau tepat sebelum melakukan suatu pekerjaan yang berat... efek dari dosis kecil ganja pada situasi alamiah tidak dapat diabaikan, sementara konsentrasi pada tugas kerja itu sendiri meningkat dengan jelas setelah merokok.”

Pada masa renaissance di eropa, antusiasme tentang sifat psikoaktif tanaman ganja mulai dipicu oleh tulisan-tulisan Garcia da Orta, seorang yahudi spanyol yang mengunjungi India di tahun 1563. Garcia menggambarkan efek ganja dalam kalimat sebagai berikut; “Manfaat dari pemakaiannya adalah seseorang dapat menjadi orang yang lain dan diangkat darinya segala kecemasan dan ia menjadi tertawa karena alasan yang bodoh”. Dalam kalimat yang lain Garcia menceritakan; ”Para pembantuku yang memakainya, tanpa sepengetahuanku, mengatakan bahwa ganja membuat mereka tidak merasakan lelahnya kerja, menjadi sangat gembira dan meningkatkan nafsu makan”.

Share:

Ganja di Amerika

Negara bagian AS, Washington membutuhkan ganja sebanyak 135 sampai 225 metrik ton untuk kebutuhan tahun depan. Demikian menurut perkiraan dari para peneliti di RAND Corporation. Jumlah tersebut dua kali dari estimasi sebelumnya.
Kantor keuangan Washington sebelumnya memperkirakan konsumsi ganja di Washington akan mencapai 85 metrik ton pada 2013. Berdasarkan data federal dari 2008 dan 2009 diperkirakan terdapat sekitar 363.000 orang pengguna ganja di Washington .
Angka tersebut diperbarui tahun 2010 dan 2011 dengan jumlah 556.000 orang. Untuk mengetahui jumlah pengguna baru, organisasi nirlaba RAND bersama lembaga survey kesehatan mengadakan survei berbasis web kepada pengguna ganja di negara bagian Washington. Survey menampilkan foto-foto dari orang-orang yang disembuhkan dengan ganja dan menyebutkan jumlah aktual ganja yang mereka gunakan.
Laporan tersebut melihat dari berapa banyak pengguna ganja mengkonsumsi ganja setiap hari. Perhitungan biasanya menghitung jumlah pengguna, tidak menghitung gram. Dengan menggunakan data dari survei konsumsi ganja melalui website, diperkirakan warga penduduk Washington yang menggunakan ganja rutin 21 kali per bulan atau lebih, rata-rata menghabiskan 1,3 sampai 1,9 gram sehari.
Laporan RAND memperkirakan tiga kabupaten yang paling padat penduduknya (Raja, Snohomish dan Pierce) merupakan setengah dari seluruh konsumen ganja di negara bagian tersebut. Diperkirakan ganja akan dijual seharga $ 12 per gram. Oleh karenanya Washington bisa mengumpulkan sekitar $ 200 juta dalam bentuk pajak ganja tahun ini, demikian menurut perkiraan tahun 2012. (IG)
Share:

Ganja di Uruguay

Parlemen di UruguayUruguay berhasil meluluskan RUU legalisasi ganja pada hari Rabu (31/7). Keberhasilan ini membawa Uruguay menjadi negara pertama di Amerika Selatan yang secara hukum mengatur produksi, distribusi dan penjualan ganja.
Setelah lebih dari 12 jam perdebatan, RUU legalisasi ganja berhasil mengumpulkan 50% suara yang dibutuhkan. Hanya 46% anggota parlemen yang menentang RUU ini. Senat diharapkan untuk segera mengambil tindakan pada bulan Oktober.
Presiden Jose Mujica mengatakan ia mendukung RUU yang akan memungkinkan ganja untuk dijual di apotek dan membuat pendaftaran bagi mereka yang mau membeli. Penduduk yang sudah berusia 18 tahun keatas akan diizinkan untuk membeli ganja.
Presiden Uruguay - Jose Mujica
Tahun lalu Presiden Jose Mujica mengatakan kepada CNN en Español bahwa ia mendukung legalisasi ganja.
"Jika kita melegalkan ganja, kita akan merusak pasar gelap narkoba karena kita akan menjualnya lebih murah daripada yang dijual bandar narkoba di pasar gelap dan kita akan memiliki daftar orang-orang yang membeli."
Kritikus dari kelompok konservatif mengatakan hal itu sama saja seperti mempromosikan kecanduan narkoba dan mengatakan bahwa Mujica itu kurang informasi.
Pendukung RUU, koalisi luas dari partai politik sayap kiri, mengatakan legalisasi akan memerangi perdagangan narkoba ilegal dan ini akan mempengaruhi negara-negara Amerika Latin lainnya untuk mengikuti jejak yang sama seperti Uruguay.
"Ini merupakan perwujudan dari paradigma baru terkait kebijakan narkotika. Uruguay akan menjadi negara pertama yang secara efektif mengendalikan produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan dan penjualan ganja dan menghapus pelarangan dan strategi hukuman. Demikian dikatakan Lisa Sanchez, direktur Latin America of Transform Drug Policy Foundation.
Tahun lalu, pemerintahan Mujica mengirim surat ke anggota parlemen mengenai RUU legalisasi ganja. Isi surat itu adalah untuk menciptakan pasar yang dikelola pemerintah yang akan "berkontribusi pada pengurangan risiko dan potensi bahaya bagi orang yang menggunakan ganja untuk rekreasi atau medis."
Selama ini ganja adalah zat ilegal yang paling umum digunakan di Uruguay. Pengedar narkoba selama ini menangguk keuntungan bersih sebanyak $30 juta sampai $40 juta per tahun dari pasar gelap.
Penggunaan ganja legal di Uruguay, tapi tidak untuk produksi dan penjualan. Di Uruguay, konsumsi ganja telah diperbolehkan selama 40 tahun, tetapi hanya dapat diakses melalui bandar narkoba yang mengakibatkan tindak kejahatan dan tertular narkoba lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, langkah-langkah legalisasi telah mendapatkan perhatian di antara beberapa pemimpin Amerika Latin di tengah meningkatnya kekerasan yang terjadi akibat perang narkoba.
Tapi ide legalisasi masih mendapatkan kritik sengit. Pejabat pemerintahan Obama telah berulang kali menekankan penolakan mereka terhadap proposal legalisasi ganja.
Tahun lalu, John Walters, yang memimpin “White House Office of National Drug Control Policy” sejak 2001-2009, mengatakan kepada CNN bahwa dekriminalisasi akan "benar-benar merusak diri" dan akan menyebabkan lebih banyak kejahatan.
Mantan Presiden Meksiko Vicente Fox adalah pendukung vokal legalisasi ganja, ia mengatakan bahwa menggunakan kekuatan militer untuk melawan kartel narkotika tidak berhasil, namun legalisasi bisa.
"Dengan legalisasi, kita akan mengurangi kekerasan dan mengendalikan penjahat dengan mengurangi pendapatan mereka, dan pada saat yang sama, ganja akan menjadi bisnis yang akuntabel dan transparan di tangan pengusaha,” demikian dikatakan Vicente Fox kepada CNN pada bulan Mei. (IG)
Share:

Ganja akan legal di Atceh


Lambang Negara Atjeh
Aceh memiliki ladang ganja terbesar di Asia Tenggara yang tersebar di hutan-hutan, mulai dari Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Barat Daya, Aceh Besar hingga Kabupaten Bireuen. Struktur tanah yang subur di Aceh dan curah hujan yang tinggi membuat tanaman Cannabis ini menjadi sangat baik dan berkualitas. Ganja digunakan untuk penyedap masakan seperti gulai kambing, dodol Aceh, mie Aceh, kopi Aceh dan sebagainya untuk menambah cita rasa makanan. Kemahiran orang Aceh dalam meracik masakan dengan penyedap berbahan ganja (daun, biji dan batang) membuat kuliner Aceh menjadi identik dengan tanaman ganja.
UNODC (United Nation on Drug and Crimes) melaporkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil ganja terbesar di wilayah Asia Tenggara. Wilayah Indonesia yang paling banyak ditanami ganja adalah Provinsi Aceh.
Di beberapa negara, ganja sudah digunakan untuk keperluan industri dan medis. Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa mariyuana dapat menjadi obat yang ampuh. Misalnya, seseorang yang menderita lumpuh dapat disembuhkan dengan menggunakan ganja sebagai alat terapi penyembuhan penyakit Kanker, Glukoma, HIV/AIDS, dan gangguan penyakit lainnya.
Status Kemerdekaan Atjeh
Sekarang ini sedang hangat-hangatnya berita tentang bendera Atjeh yang berkibar diseluruh pelosok Nanggroe Atjeh Darussalam (NAD). Berkibarnya bendera Aceh ini melambangkan kemerdekaan provinsi Atjeh keluar dari NKRI. Kemerdekaan Atjeh memang sudah dari dulu diidam-idamkan rakyat Atjeh namun oleh karena intimidasi, doktrinisasi, maka rakyat jadi takut untuk jujur mengatakan keinginannya merdeka.
Perjanjian Helsinki yang ditandatangani Pemerintah Indonesia bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah sebuah bentuk perjanjian kemerdekaan secara de facto yang diberikan kepada Aceh. Cut Justisia, anggota dewan Pakar Pembela Kesatuan Tanah Air (PEKAT) mengatakan, "Di dalam isi perjanjian itu Aceh bisa membuat partai sendiri, mata uang, bahkan bisa melakukan perdagangan internasional sendiri. Itu artinya Aceh sudah berdaulat secara de facto."
Bendera Aceh Merdeka Berkibar
Kalau kita menilik dari kesepakatan Helsinki, yang mana NAD boleh melakukan perdagangan internasional sendiri dan memiliki mata uang sendiri, sangat mungkin bagi Aceh bisa membuat aturan hukum sendiri terkait perdagangan ganja. Aceh bisa menjual ganja sendiri ke luar negeri sebagai komoditas ekspor. Aceh hanya akan menjual ganja ke negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat yang sudah melegalkan ganja untuk kegunaan medis dan industri.
Legalisasi Ganja di Aceh
Indonesia tidak perlu khawatir seandainya nanti ganja legal di Aceh, sebab aturan perdagangannya akan dikelola secara profesional oleh pemerintah Atjeh. Seandainya pun pemerintah Atjeh tidak bisa menjamin bahwa ganja dari negaranya sebagian akan di bawa ke Jakarta atau dijual diluar Atjeh, itu tidak bisa dijadikan alasan untuk melarang Atjeh memperdagangkan ganjanya. Justru Indonesia lah yang seharusnya berpikir bagaimana solusinya dalam menghadapi perubahan kebijakan atau dinamika bernegara dan berkedaulatan. Pemerintah Indonesia harus memahami gejolak perubahan hukum internasional terkait legalisasi ganja dan bukan dengan cara memerangi Atjeh dengan alasan memerangi peredaran ganja.
Legal atau tidak legal, ganja sudah menjadi bahagian dari sejarah dan budaya bangsa Aceh. Lalu kenapa pemerintah Indonesia harus takut pada tanaman ganja di Aceh? (cpt)
Share:

Ganja di AL-bania


Albania adalah pemasok ganja terbesar di Eropa, sebagian besar berasal dari Lazarat, sebuah kota dengan populasi penduduk 2.000 jiwa. Pertanian ganja tersebut dikerjakan oleh pekerja musiman yang menghasilkan sekitar 900 ton ganja per tahun. Ganja yang dihasilkan bernilai sekitar € 4.5 miliar ($ 6 miliar), hampir sepertiga dari perekonomian Albania.
Ganja masih ilegal di negara Balkan, tapi banyak orang mengatakan polisi tidak mampu atau tidak mau campur tangan dalam urusan ganja di Lazarat.
Cannabis adalah sumber pendapatan utama bagi penduduk Lazarat. Warga kota Lazarat siap mempertahankan ladang ganja dari serangan polisi. Warga desa sering menembakkan Kalashnikov di udara pada malam hari setelah para pekerja meninggalkan ladang.
Di halaman sebuah rumah yang menghadap desa yang dikelilingi dinding beton yang tinggi dengan kawat berduri diatasnya, sekitar 30 orang bekerja dalam suasana yang tenang. Mereka bekerja melepaskan tunas tanaman ganja kering yang disimpan dalam kantong plastik. Untuk satu kilo pucuk ganja, mereka di bayar sekitar 10 euro atau perhari 17 euro.
Bagi mereka yang bekerja dengan baik akan mampu menyewa kamar di hostel Gjirokastra, atau membayar € 1 per malam untuk kamar dengan tiga atau empat orang.
Harga dua kilo ganja senilai dengan satu ton gandum. Meskipun kondisi pekerjaan yang keras, bekerja di ladang ganja jauh lebih menguntungkan daripada di pertanian umum.
Seorang produsen ganja Lazaret membeli benih dari Italia atau Belanda seharga 4 sampai 10 euro, yang dapat menghasilkan 0,3 hingga 0,5 kilogram untuk menjual. Satu kilo ganja menghasilkan 220-250 euro di Albania, dan seharga 1.000 sampai 2.000 euro jika di jual di pasar Eropa.
Penduduk desa hanya berurusan dengan produksi dan kemasan, selanjutnya ada "bos besar” yang mengendalikan pasar. Anti-money Laundering di Albania mengatakan bahwa uang hasil penjualan ganja illegal di cuci di Albania atau negara barat lainnya.
Meskipun Albania berperan sebagai pemasok utama ganja di Eropa, namun setiap terjadi penangkapan polisi hanya menyita ganja dalam jumlah yang relatif kecil. (IG)
Share:

Sex tahan lama dengan Ganja


Ingin Merasakan Sex Yang Lebih Nikmat? Hisaplah Ganja
Pada zaman India kuno, ganja sudah digunakan dalam sistem pengobatan Ayurvedic untuk tujuan meningkatkan libido, mempertahankan ereksi, menunda ejakulasi dan memfasilitasi pelumasan pada alat kelamin wanita.
Beberapa praktisi seks Tantra menganjurkan untuk meminum Bhang, yaitu semacam milkshake yang terbuat dari ganja dan rempah yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan seksual. Menurut salah satu sumber, pekerja seks wanita di India makan serbat bhang untuk membantu mereka agar terangsang.
Pada abad ke-19, perempuan perawan di Serbia diberi campuran lemak domba dan ganja pada malam pernikahan mereka agar hubungan sex tidak terasa sakit pada malam pengantin (hubungan sex pertama). Maroko, Mesir, Lebanon dan bangsa Timur Tengah lainnya dan juga budaya Afrika Utara menggunakan ganja untuk tujuan seksual yang dikenal dengan nama Kif di awal abad ke-20.
Disamping dapat mempertinggi indra, ganja juga bisa membuat orang menjadi lebih santai dan membuat orang merasakan efek fisiologis.
Bersamaan dengan peningkatan denyut jantung, perubahan aliran darah dan respirasi, menurut William Novak, penulis buku High Culture: Marijuana Dalam Kehidupan Orang Amerika; "Neurochemistry, hormonal systems and brain regions such as the temporal lobe are affected by both marijuana and sexual arousal." 
Ingin Merasakan Sex Yang Lebih Nikmat? Hisaplah Ganja
THC (delta-9-tetrahydrocannabinol), bahan aktif yang terdapat pada ganja dapat melepaskan dopamin di otak yang menyebabkan "High" (tinggi/giting) dan THC dapat meniru efek anandamide, yaitu efek seksi yang alamiah yang disebut neurokimia.
Akan tetapi ganja tidak selalu berhubungan dengan kemampuan seks. Bagi para biarawan, ganja memiliki efek berlawanan. Pertapa dan biksu justru menggunakan ganja untuk membebaskan diri dari hasrat seksual. Selain digunakan untuk membantu mereka selama bermeditasi, ganja juga digunakan untuk mencegah keinginan seksual mereka.
Dalam konteks hubungan seksual, mengkonsumsi ganja sebelum melakukan hubungan sex akan membuat konsentrasi menjadi sulit untuk fokus pada pasangan sebab pikiran Anda akan disibukan dengan merenungkan makna kehidupan. Atau ketika Anda sedang giting, anda akan menjadi terlalu berlebihan menyadari segala sesuatu yang salah dalam hubungan Anda.
Efek ganja dalam hubungan sex tergantung pada penerimaan seseorang terhadap ganja itu sendiri. Pada pasangan yang mengkonsumsi ganja, mungkin salah satu (pria/wanita) dapat merasakan mood sedangkan yang satunya lagi tidak. Atau salah satunya harus benar-benar giting baru bisa merasakan kenikmatan seksualitas yang tinggi.
Ganja dan kualitas hubungan sex
Memang, ketika kita sedang menggunakan ganja, kita akan banyak merasakan sesuatu hal yang sangat baik. Tetapi penggunaan ganja yang terlalu banyak dalam jangka yang sangat panjang dapat mengakibatkan rendahnya motivasi untuk melakukan hubungan seks.
Ada beberapa orang yang melaporkan adanya peningkatan libido. Dalam satu studi, beberapa pasangan mengatakan mereka mencapai kenikmatan sex yang lebih besar. Pada pria ereksi menjadi lebih keras dan pada wanita mereka menjadi lebih basah dan lebih mampu mencapai orgasme saat sedang giting.
Masyarakat umumnya percaya bahwa menghisap ganja dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi, yang berpengaruh pada produksi testosteron dan hormon lain yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesuburan, menstruasi dan mengurangi ereksi pada pria. Kelompok Prohibitionists (penentang legalisasi ganja) mengatakan “Ganja akan menurunkan jumlah sperma Anda." Akan tetapi hasil penelitian ilmiah selalu bertentangan dengan argumen mereka.
Memang benar bahwa sel-sel dari sistem reproduksi akan sangat tinggi pada orang gemuk dan ini menyebabkan penyerapan dan penyimpanan THC lebih banyak daripada kebanyakan sel lainnya dalam tubuh. Inilah faktor yang menyebabkan beberapa peneliti percaya bahwa ganja dapat menurunkan kadar testosteron. Tetapi pada beberapa kasus, pengguna ganja pria dapat mengembangkan "man boobs" mereka dengan melokalisasi deposit lemaknya.
Menurut Novak, "Belum pernah ada penelitian epidemiologi yang membuktikan adanya peningkatan infertilitas pada ganja yang dikonsumsi manusia. Penelitian mengenai tingkat reproduksi secara keseluruhan tidak menemukan adanya penurunan tingkat reproduksi di negara-negara di mana tingkat penggunaan ganja sangat tinggi. (cpt)
Share:

Kontak Order

Nama

Email *

Pesan *

popcash

Ganja Shop

Ganja Shop

Total Tayangan Halaman